Senin, 26 Oktober 2015

Arsitek Terbaik Dalam Sejarah Islam



Sejarah Islam penuh dengan arsitek-arsitek jenius. Beberapa bangunan terkenal di muka bumi adalah produk dari engineer muslim. Mereka membangun struktur  indah yang menunjukkan kebesaran Islam di sepanjang masa. The Dome of the Rock atau Qubbatu Shakhrakh di Yerusalem, Taj Mahal di Agra, India, Alhambra di Granada, Spanyol, dan Masjid Biru di Istanbul, Turki, merupakan contoh tradisi arsitektur fenomenal dan indah.
Memang sejarawan berselisih pendapat mengenai siapa arsitektur paling berpengaruh dalam sejarah Islam, namun nama Mimar Sinan seolah-olah menjadi ikon karena karya-karyanya yang fenomenal. Mimar Sinan hidup antara tahun 1489 sampai 1588, di masa keemasan Kerajan Utsmani. Ia hidup di masa Sultan Salim I, Sultan Sulaiman, Sultan Salim II, dan Sultan Murad III. Selama kurun waktu ini wajah Kota Istanbul penuh perubahan, cita-cita pembangunan para sultan terwujud melalui karya-karya Mimar Sinan.
Siapakah Mimar Sinan?
Ayah Mimar Sinan, Abdul Mannan, adalah seorang mualaf yang berasal dari Yunani atau Armenia. Di masa mudanya, Mimar mengikuti jejak ayahnya bergabung dalam korps tentara elit Utsmani, Yenicheri. Tidak disangka, ternyata dalam dunia militer ini, jiwa dan bakat arsitekturnya muncul. Seiring waktu berjalan, pangkat kemiliteran Mimar pun mulai naik, ia menduduki posisi yang strategis dan dekat dengan Sultan Salim dan Sultan Sulaiman. Ia turut serta dalam aktivitas-aktivitas militer Utsmani di Eropa, Afrika, dan Persia.
Semakin banyak daerah baru yang menjadi bagian Kerajaan Utsmani berbanding lurus dengan maraknya pembangunan di daerah-daerah tersebut; pembangunan masjid dan bangunan-bangunan publik lainnya menjadi rencana utama pembangunan setiap daerah. Saat itulah kemampuan arsitektur Mimar semakin kentara dan kian terasah, ia turut serta dalam pembangunan-pembangunan di wilayah baru. Akhirnya pada tahun 1538, kerajaan benar-benar mengapresiasi kemampuannya ini dan menetapkannya sebagai Menteri Pembangunan Kerajaan Utsmani.
Awal Karir
Di Turki, Hagia Sophia selalu menjadi inspirasi dalam hal arsitektur. Hagia Sophia awalnya adalah gereja Bizantium yang dibangun pada tahun 537, ketika Muhammad al-Fatih menaklukkan Bizantium dan populasi muslim kian bertambah, maka Hagia Sophia diubah menjadi masjid di tahun 1453 dan sekarang Hagia Sophia dijadikan museum berdasarkan kebijakan Kemal Ataturk.

Ruang dalam Masjid Sultan Sulaiman
Kubah Hagia Sophia yang besar dan megah banyak ditiru oleh arsitek-arsitek muslim. Oleh karena itu, kita lihat masjid-masjid di Turki memiliki kubah utama yang besar terletak di bagian tengah dan dikelilingi kubah-kubah kecil di bagian sisinya. Di saat arsitek-arsitek dari negeri lainnya tidak mampu membuat sebuah bangunan yang lebih atau setara dengan keindahan Hagia Sophia, saat itulah Mimar Sinan menunjukkan bawa ia bisa melakukannya. Keluar dari pakem dan standar yang telah dibuat oleh para arsitek terdahulu, dan membuat bangunan yang lebih monumental.
Di masa awal karirnya, Mimar membangun masjid-masjid kecil terlebih dahulu di wilayah-wilayah baru Utsmani. Ia membangun Masjid Khusruwiyah di Aleppo, Suriah, pada tahun 1547. Masjid ini tetap berdiri kokoh di era modern ini, namun saat ini mungkin telah hancur karena perang di negeri Syam ini. Ia juga merenovasi Masjid Imam Abu Hanifah di Baghdad dan Masjid Jalaluddin al-Rumi di Konya.
Proyek-proyek kecil ini terus mengasah kemampuan seni merancang bangunan Mimar Sinan untuk terus berkembang. Selain itu pemerintah juga terus mendukungnya dan membantunya mengasah bakatnya dengan proyek-proyek yang mereka berikan kepada Mimar.
Membangun Masjid Pangeran dan Masjid Sultan Sulaiman
Pada tahun 1543, Sultan Sulaiman mendapatkan sebuah musibah dengan meninggalnya salah satu putranya, yaitu Sultan Muhammad. Kejadian ini menimbulkan niatan pada sultan untuk membangun sebuah masjid megah yang ia gunakan untuk


Perhitungan geometri yang dilakukan Mimar Sinan saat membangun Masjid Pangeran
melayani umat Islam di Istanbul sekaligus sebagai pahala jariyah untuk sang anak.
Momen ini sekaligus kesempatan pertama yang diberikan Sultan Sulaiman kepada Mimar untuk bertanggung jawab atas proyek yang besar, membangun sebuah masjid yang megah dan memiliki tempat tersendiri di hati Sultan Sulaiman.
Selama empat tahun, Mimar mengerjakan proyek yang disebut dengan Sehzade Jami’(Masjid Pangeran) di pusat Kota Istanbul. Di lingkungan masjid ini terdapat komplek (kulliye) yang terdiri dari sekolah, dapur umum bagi kaum miskin, tempat tidur bagi wisatawan, dan makam Sultan Muhammad. Sultan Sulaiman memuji dan sangat puas dengan hasil kerja Mimar walaupun Mimar sendiri masih menaruh ambisi bahwa dia bisa mewujudkan sesuatu yang lebih hebat dari hasil karyanya ini.


Bangunan komplek Masjid Sultan Sulaiman secara keseluruhan 

Masjid besar berikutnya yang proyek pembangunannya dipimpin oleh Mimar Sinan adalah Masjid Sultan Sulaiman. Sultan Sulaiman menginginkan agar Kota Istanbul kembali dihiasi oleh masjid raksasa lainnya. Kali ini ia mengatasnamakan masjid tersebut atas namanya sendiri. Semakin besar masjid yang dibangun, ia berharap semakin banyak jamaah jamaah yang bisa shalat di sana, sehingga semakin banyak pula tabungan pahala untuknya, demikian harap sang sultan.
Keterangan bangunan komplek Masjid Sulaiman
Proyek besar Masjid Sultan Sulaiman ini direncanakan akan rampung pembangunannya dalam waktu tujuh tahun. Selama lima tahun, Mimar Sinan sibuk membangun pondasi masjid besar ini. Sampai-sampai Sultan Sulaiman mengira Mimar melarikan diri dari pembangunan karena dia sangat sibuk di areal bawah tanah untuk membangun pondasi masjid.
Pada tahun 1557, selesailah pembangunan Masjid Sultan Sulaiman, dan ini adalah sebuah masterpiece, sebuah karya yang sangat fenomenal. Sebuah masjid besar dengan interior yang luar biasa, ketinggian langit-langit di ruang dalam menunjukkan kerumitan
pembangunannya, kubah-kubah yang menunjukkan perhitungan geometri yang detail, di bagian luar terdapat empat menara ramping yang menjulang setinggi 50 m, saat itu menara ini benar-benar sesuatu yang menakjubkan, tidak ada arsitek yang mampu membuat serupa dengannya.
Komplek Masjid Sulaiman meliputi: masjid, rumah sakit, pemandian, perpustakaan, dapur umum, madrasah Alquran, madrasah hadis, taman kanak-kanak, dan pusara pemakaman Sultan Sulaiman.
hebatnya, dengan kemegahan dan kehebatan arsitektur masjid ini, Mimar Sinan masih yakin kalau ia bisa membangun bangunan yang lebih hebat lagi dari ini.
Karya Fenomenal Mimar Sinan
Setelah Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1566 M, putranya dan pewaris tahtanya, Sultan Salim II, memiliki keinginan serupa dengan ayahnya, yakni membangun masjid atas namanya dan diperuntukkan untuk melayani kaum muslimin. Masjid Sultan Salim II ini rencananya akan dibangun di Kota Edirne 200 Km dari Istanbul. Saat pembangunan berlangsung, usia Mimar Sinan sudah menginjak 70 tahun lebih, namun semangatnya masih tetap berkobar, ia tetap memendam impian mengalahkan kemegahan Hagia Sophia.


Komplek Masjid Sultan Salim II
Dalam otobiografinya, Mimar Sinan menyebutkan bahwa komplek Masjid Sultan Salim II atau disebut Selimye adalah masterpiece-nya. Kubah masjid yang dibangun di atas tumpuan segi delapan memungkinkan masjid ini dibangun dengan tinggi yang pada akhirnya mengalahkan Hagia Sophia. Hingga saat ini Masjid Sultan Selim II menjadi landmark Kota Edirne.
Wafatnya
Mimar Sinan wafat pada tahun 1588 di usia 98 tahun. Ia dimakamkan di komplek Masjid Sultan Sulaiman. Arsitek kebanggaan Kerajaan Utsmani ini banyak meninggalkan warisan-warisan pembangunan, yaitu: 90 masjid besar di seluruh wilayah kekuasaan Utsmani, 50 masjid kecil, 57 perguruan tinggi, 8 jembatan, dan berbagai gedung-gedung sarana ublic di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Utsmani. Ia juga mewarisi murid-murid hebat Masjid Sultan Ahmad atau dikenal dengan Blue Mosque, Taj Mahal di India.
Oleh karena itu, tidak heran apabila Mimar Sinan dianggap sebagai arsitek terbesar dalam sejarah peradaban Islam. Ia membangun bangunan-bangunan yang terus dikenang dan dikagumi oleh orang-orang hingga abad modern ini.
Pelajaran:
1.       Pentingnya umat Islam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.       Umat Islam terdahulu memiliki totalitas yang tinggi dalam bidangnya masing-masing. Dalam bidang ilmu agama hal itu adalah sebuah tradisi yang sampai sekarang masih terpelihara, namun dalam ilmu pengetahuan yang bersifat keduniaan kultur ini seolah-olah hilang di tengah umat Islam.
3.       Mimar Sinan adalah sebuah contoh seseorang yang tidak mudah berpuas diri, ia terus memiliki cita-cita untuk menjadi yang terbaik meskipun menginjak usia 70 tahun lebih.
4.       Masjid sebagai tempat berbagai macam aktivitas: sekolah, rumah sakit, tempat menjamu para musafir dengan adanya dapur-dapur umum, dan pelayanan sosial lainnya. Hal ini digunakan sebagai sarana dakwah bagi orang-orang non-Islam yang berkunjung dan dilayani di fasilitas publik tersebut.
5.       Yang paling utama, bagi seorang muslim yang menguasai ilmu-ilmu keduniaan, tetap wajib mengetahui hal-hal yang pokok dalam agamanya sehingga kemampuannya terbimbing oleh cahaya Allah, ia bisa berdakwah, dan meluruskan kesalahan orang lain. Seperti dalam kisah di atas –Allahu a’lam-, jika Mimar Sinan mengetahui bahwa memugar makam dan membangun kubah di atasnya dilarang dalam Islam, maka ia bisa menasihati para sultan agar makam mereka tidak dibangunkan kubah-kubah yang megah.
Sumber: lostislamichistory.com dll
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Arsitektur Islam dari Masa ke Masa


Peninggalan arsitektur Islam tak hanya di Jazirah Arab, tapi menyebar ke berbagaibelahan dunia dan berpadu dengan budaya setempat

Agama Islam telah berkembang sejak 14 abad silam. Dan, selama itu pula, Islam turut mewarnai sejarah kehidupan umat manusia, baik dalam bidang akidah, akhlak, ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, budaya, politik, maupun arsitektur. Dalam bidang arsitektur, Islam mewariskannya kepada generasi sekarang sejumlah karya fenomenal. Karya-karya seni dari arsitektur Muslim terus bertahan hingga kini. Jejak kejayaan Islam dapat dirunut dari peninggalan arsitektur Islam di berbagai belahan di dunia. Misalnya, Istana Al-Hambra dan Masjid Cordoba di Spanyol, Istana Topkapi di Istanbul (Turki), Kota Firouzabad di Iran Selatan yang dibangun dengan memadukan arsitektur Islam dan Persia, serta sebagainya.

Model peradaban Islam sebagian tampak dalam seni arsitektur bangunannya. Kejayaan peradaban Islam tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan dalam wujud bangunan, baik berupa masjid, istana, makam, madrasah (sekolah), pasar, tempat pemandian umum (hammam), maupun bangunan lainnya, pada peninggalan masa kejayaan Khilafah Islamiyah.

Peninggalan arsitektur Islam ini tidak hanya terpusat di jazirah Arab sebagai tempat lahirnya kebudayaan Islam, tetapi juga menyebar ke arah timur melalui Mesopotamia, Persia, dan Turki. Sedangkan, ke arah barat masuk ke Syria, Mesir, Spanyol, Maroko, hingga merambah ke berbagai benua. Kemudian, masuk ke Cina, Indonesia, dan daratan di Eropa. Masing-masing bangunan itu memiliki ciri khas tersendiri yang melambangkan tradisi, budaya, dan kesenian yang bercorak Islam setempat.

Cikal bakal arsitektur Islam

Menilik sejarahnya, memang banyak pihak berbeda pendapat tentang asal muasal arsitektur Islam. Ada yang menyebutkan, sejarah arsitektur Islam pertama kali dimulai ketika Rasulullah SAW beserta para sahabatnya membangun Masjid Quba, Madinah, pada permulaan tahun hijriyah atau sekitar tahun 622 Masehi. Bentuknya adalah denah persegi empat dan dinding sederhana yang menjadi pembatasnya. Di bagian depannya, dibuat mihrab untuk Rasul berkhutbah. Sedangkan, pada bagian pintu dibuat gapura. Bahan-bahan yang digunakan bermacam-macam. Ada batu alam (batu gunung), pohon, dan pelepah kurma serta daun-daunnya. Meski arsitekturnya sangat sederhana, bangunan masjid pertama ini menjadi prototipe dari arsitektur masjid pada masa kemudian.

Ada pula yang menyatakan, cikal bakal arsitektur Islam itu adalah kiblat umat Islam di seluruh dunia, yaitu Ka'bah. Ini bisa dilihat pada bangunan Ka'bah di Makkah yang berbentuk kubus yang unik. Ka'bah merupakan bangunan terpenting dalam Islam karena merupakan rumah Allah (Baitullah) yang suci dan kiblat umat Islam.

Secara historis, Ka'bah bukanlah bangunan baru yang dibangun pada masa Islam, tetapi merupakan warisan Nabi Ibrahim AS. Rasulullah SAW bersama sahabatnya pernah mengonstruksi bangunan Ka'bah pada tahun 630 M atau dua tahun setelah 'Fathu Makkah' (Penaklukan Kota Makkah) dari kafir Quraisy. Walau masih sederhana, hal itu dianggap sebagai cikal bakal dimulainya arsitektur Islam.

Rekonstruksi bangunan Ka'bah dilaksanakan pada tahun 632 M oleh tukang kayu dari Abyssina dengan gayanya sendiri. Dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar, seperti gambar Nabi Isa, Maryam, Nabi Ibrahim, Rasulullah SAW, malaikat, dan beberapa pepohonan. Namun, ajaran yang muncul belakangan--terutama berasal dari hadis--akhirnya melarang penggunaan simbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup, terutama manusia dan binatang.

Pada abad ke-7 M, umat Islam terus melakukan ekspansi dan memperluas wilayah kekuasaannya. Tiap kali umat Islam mendapatkan wilayah baru, yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu masjid. Bangunan masjid pada masa awal perkembangan Islam sangat sederhana. Bangunannya tidak lain berupa tiruan dari rumah Nabi Muhammad SAW atau terkadang beberapa bangunan yang diadaptasikan dari bangunan sebelumnya.

Di masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidun, seni arsitektur Islam hanya dipengaruhi oleh satu unsur, yakni kebudayaan Arab. Namun, seiring dengan makin luasnya wilayah kekuasaan Islam, unsur kebudayaan asing mulai memberikan pengaruh terhadap ragam dan corak arsitektur pada setiap bangunan di mana peradaban Islam tumbuh dan berkembang.


Pengaruh unsur asing ini tampak jelas dalam bangunan Masjid Kordoba yang memadukan arsitektur Islam dengan arsitektur Kristen Eropa. Begitu juga bangunan masjid di wilayah Asia Tengah yang dipengaruhi oleh budaya lokal. Misalnya, kubah besar, menara tinggi, serta bagian muka masjid yang merupakan penjelmaan kejayaan bangsa Mongol.

Kini, arsitektur Islam berkembang begitu luas, baik di bangunan sekuler (gedung, rumah, atau perkantoran) maupun bangunan keagamaan. Seiring perkembangan zaman, arsitektur Islam yang turut mewarnai hampir seluruh pendirian bangunan kini makin kaya khazanah dengan memadukan arsitektur Islam dengan lainnya, seperti Roma, Persia, Cina, dan lainnya. Sehingga, konsep arsitektur Islam terkadang malah tak tampak dari luar.

Ernst J Grube dalam tulisannya yang berjudul What Is Islamic Architecture mengungkapkan, bentuk dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi. Artinya, arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam.

Martin menambahkan, arsitektur Islam sangat kuat dalam memahami harmonisasi antara manusia dan lingkungan serta Sang Pencipta. Sayangnya, kata dia, pada abad ke-20, konsep Islami itu dilupakan dalam pembangunan industri yang begitu cepat. Untuk menyelamatkan keberlanjutan arsitektur Islam, Martin menyarankan umat Islam agar benar-benar mengabaikan arsitektur Barat yang tak menggunakan semangat Islam dan merusak kebudayaan tradisional. Selain itu, umat Islam perlu memahami esensi arsitektur Islam dan memasukkan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekpresikan esensi ini.

Apalagi, arsitektur Islam pernah mengalami masa keemasannya di era Usmaniyah, masa Abbasiyah, dan Seljuk. Misalnya, masjid jami di Isfahan, Spanyol; Masjid Cordoba; atau Istana Granada. Menurut Prof Jonathan Bloom dan Sheila Blair dari Boston College dalam bukunya The Art and Architecture Islam, ide seni dan arsitektur tradisional Islam yang berkembang pada abad ke-7 yang mencakup arsitektur dan seni di daratan Atlantik hingga ke lautan Hindia telah memberi pengaruh kepada Barat untuk mengembangkan seni dan arsitektur Islam. Hingga abad ke-19 dan 20, jelas Blair dan Bloom, seni dan arsitektur Islam masih tetap berpengaruh bagi negara-negara di Eropa dan Amerika. dia/berbagai sumber



Corak Islam Mulai Memudar?

Sekarang ini, banyak perubahan yang terjadi dalam arsitektur bangunan di Timur Tengah ataupun dunia Islam lainnya. Seperti dikatakan arsitektur kondang, Garry Martin, jangankan di negara lain, perkembangan arsitektur Islam di Timur Tengah pun sangat memprihatinkan. Karena itu, ia pun memberikan peringatan kepada umat Islam akan hilangnya budaya dan tradisi Islam dalam bidang arsitektur ini.

''Kekayaan minyak yang melimpah serta perubahan sosial dan politik telah mengancam tradisi dan kebudayaan Islam. Krisis identitas itu telah tampak pada desain arsitekturalnya,'' papar Martin. Kini, lanjutnya, pembangunan besar-besaran yang terjadi di Timur Tengah tak lagi menerapkan arsitektur Islam yang agung, luhur, dan mengagumkan. Kebanyakan gedung di Timur Tengah telah meniru model-model arsitektur Barat. Akibatnya, papar Martin, kini umat Islam di Timur Tengah tengah menciptakan lingkungan asing dalam komunitas Islam.

''Dunia arsitektur Islam telah melalui sejarah dengan mengadaptasi dan merespons berbagai budaya dan bangunan-bangunan tradisi yang ada tanpa adanya pelemahan esensi spiritual yang menjadi sumber inspirasi,'' ungkapnya. ''Jadi, bila kini terjadi krisis identitas dalam bidang arsitektur Islam, kemungkinan besar terjadi karena esensi spiritual yang telah melemah dan tak lagi menjadi sumber inspirasi.'' dia/berbagai sumber

Ragam Bangunan Berarsitektur Islam

Arsitektur Islam tidak hanya terdapat pada bangunan yang melayani fungsi keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, tetapi juga pada setiap rancang bangunan yang diciptakan untuk melayani fungsi sekuler, seperti istana, benteng, pasar, dan karavanserai. Arsitektur Islam juga bukan hanya seni rancang bangun pada bangunan skala besar, melainkan juga pada bagian dan pernik ruangan, seperti kubah, mihrab, mimbar, koridor, tiang, pintu, jendela, dan anak tangga. Pada kenyataannya, bangunan-bangunan keagamaan dan sekuler sering melayani fungsi-fungsi keagamaan dan sekuler sekaligus. Pada umumnya, kedua jenis bangunan ini terletak dalam satu area atau satu kompleks. Secara normatif, Islam tidak memisahkan antara kehidupan keagamaan dan kehidupan sekuler. * Masjid
Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah dan pusat kehidupan keagamaan, tetapi juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan politik, sosial, dan kultural, terutama pada masa-masa awal Islam berkembang. Sebagai sebuah simbol Islam, masjid adalah wakil paling menonjol dari arsitektur Islam. Oleh karena itu, masjid adalah arsitektur Islam par excellence (tiada bandingan, yang terbaik di antara yang sejenis). Arsitektur Islam bermula dari masjid. Masjid di zaman Nabi Muhammad SAW adalah sebuah bangunan sederhana yang belum mempunyai ciri-ciri khusus arsitektural, seperti menara, mihrab, kubah, atau maqsurah (area yang dipagar dekat mihrab dalam masjid pada zaman dulu dan digunakan untuk melindungi khalifah atau orang penting lain dari pembunuhan). Seluruh bangunan masjid, misalnya mimbar, mihrab, kubah, gapura, dan menara, merupakan ciri khas arsitektur Islam. * Madrasah
Madrasah adalah bangunan yang berfungsi sebagai institusi pendidikan dan pengajaran, terutama ilmu-ilmu keislaman. Sebagai sebuah bangunan terpisah dari masjid, madrasah tidak ada karena kegiatan pendidikan dan pengajaran termasuk fungsi yang dijalani oleh masjid. Baru sejak abad ke-5 H/ke-11 M, madrasah dibangun secara terpisah dari masjid. Bangunan madrasah dilengkapi dengan iwan (ruang beratap atau berkubah yang terbuka pada salah satu pinggirnya), yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajaran. Sementara mahasiswa-mahasiswa, tinggal di kamar-kamar yang terletak sepanjang dinding-dinding terdekat. * Makam
Pada dasarnya, Islam melarang keras mendirikan bangunan, apalagi yang mewah dan megah untuk makam atau kubur. Namun, larangan tersebut seringkali dilanggar di berbagai tempat di dunia Islam. Bangunan makam yang mewah dan megah ini diimplementasikan dalam wujud mausoleum. Menurut Richard Ettinghausen, seorang sarjana Barat yang tekun melakukan penelitian tentang seni Islam, pada dasarnya ada dua tipe mausoleum, yakni tipe bundar, seperti menara dan tipe empat persegi atau poligonal (banyak segi). Kedua tipe ini biasanya ditutup oleh kubah bundar atau atap berbentuk kerucut dan piramida. Ciri lain mausoleum-mausoleum yang sangat indah dan mewah adalah adanya bangunan-bangunan tambahan yang didirikan kemudian di kompleks yang sama. * Istana
Bila masjid adalah ekspresi penyembahan dan penyerahan diri kepada Tuhan, madrasah adalah ekspresi kecintaan kepada ilmu, khususnya ilmu keagamaan, dan istana adalah ekspresi kekuasaan kerajaan. Dalam sejarah arsitektur Islam, khalifah-khalifah Umayyah adalah yang pertama membangun istana. Istana-istana mereka yang disebut istana-istana padang pasir terletak di pedalaman Suriah, Palestina, dan Trans-Yordania. Istana-istana itu pada awalnya adalah warisan benteng-benteng Romawi dan Bizantium yang menjaga perbatasan bagian timur. Istana-istana Umayyah di Damaskus dan Rusafah terkenal karena kubah hijaunya. Pada masa-masa awal, di Baghdad dan Merv, terdapat sebuah kupola (kubah kecil) di atas tempat singgasana yang mengesankan dan mungkin sekali kamar berkubah itu didahului oleh sebuah ruang panjang dan halaman dalam tempat berkumpul para tamu dan orang-orang yang datang. * Pasar
Tradisi perdagangan di dunia Islam sebagaimana di tempat-tempat lain, mengekspresikan dirinya pada sarana-sarana yang dibutuhkan, dan salah satunya adalah pasar. Namun, di dunia Islam, pasar juga memiliki fungsi-fungsi selain sebagai pusat kegiatan perdagangan. Eleanor Sims, seorang peneliti dari Research Associate di Roma, mengungkapkan, di kota-kota dunia Islam pasar menjadi area bersama untuk tempat berteduh, keamanan, sumber air, dan pusat perdagangan. Pasar biasanya terletak di jantung kota Islam. Pasar juga menjadi pusat penghasil segala jenis barang. * Karavanserai

Bila pasar adalah ekspresi perdagangan, karavanserai adalah ekspresi perjalanan. Karavanserai adalah bangunan di tepi jalan yang menyediakan tempat penginapan dan tempat berteduh bagi orang-orang yang bepergian. Istilah karavanserai pertama kali digunakan pada abad ke-6 H/ke-12 M, periode kekuasaan Dinasti Seljuk.

REPUBLIKA - Minggu, 29 Maret 2009        




SEJARAH ARSITEKTUR ISLAM 


Arsitektur Islam adalah hasil usaha manusia yang berwujud konkrit dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Penampilan arsitektur Islam secara fisik dapat menarik perhatian, sebab daripadanya oleh penganut Islam. Hal itu berupa bangunan-bangunan sebagai fasilitas pelaksanaan ajaran agama Islam yang berwujud arsitektur religi dan tambahannya yang senafas dengan bangunan religi adalah arsitektur non religi. Perkembangan Islam dengan segera dapat diterima bangsa-bangsa serumpun dan sebahasa (Arab) sebagai agama baru yang kemudian menjadi pedoman bagi sikap hidupnya yang baru pula. Melalui peninggalan arsitektur dari kaum Sassanid para pengembang arsitektur Islam di kemudian harinya banyak terpengaruh oleh bentuk-bentuk lengkung dan kubah.
Pada perkembangan arsitektur yang tumbuh dalam bangunan-bangunan Yunani dan Romawi pun kemudian menjadi salah satu pendukung perkembangan arsitektur Islam melalui peninggalan-peninggalan yang sampai ke Benua Afrika. Dalam karya arsitektur Islam, ternyata tampak segala macam hal yang melatarbelakangi penampilannya. Masjid adalah contoh yang tertinggi dari wujud kerjasama dan toleransi dalam kebudayaan antara Islam dan tradisi daerah.  Motif Islam yang bercorak dekoratif ornamentik itu dengan tumbuh-tumbuhan serta unsur alam lainnya yang tak bernyawa, kemudian motif abstrak sebagai rekaan dari bentuk -bentuk geometris dengan huruf Arab juga merupakan ornament yang baik. Sedangkan huruf Arab ini juga dipakai untuk menerapkan lafaz-lafaz dari al-Qur’an yang ditetapkan di dalam bangunan masjid. Gaya ornamentik ini kemudian berpadu dengan bentuk-bentuk arsitektur yang juga merupakan ciri khas, seperti kubah, lengkung gerbang dan kelengkapan lainnya.
Perkembangan arsitektur Islam itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan arsitektur masjid, karenamasjid itu sendiri merupakan titik tumpuan dari ungkapan kebudayaan Islam, sebagai akibat dari ajaran agama Islam. Masjid pertama yang dibuat oleh Nabi Muhammad s.a.w. adalah sangat sederhana sekali. Denahnya merupakan masjid yang segi empat dengan hanya dinding-dinding yang mnjadi pembatas sekelilingnya. Bagian dalam dinding tersebut dibuatsemacam serambi yang langsung bersambungan dengan lapangan terbuka, sedangkan bagian pintu masuknya diberi tanda dengan gapura yang tediri dari tumpukan batu-batu yang diambil dari sekeliling tempat itu.
Secara historis, maka perkembangan masjid kearah yang semarak dan mewah kiranya tidak dapat dielakan, seperti yang telah menjadi kenyataan dalam sejarah arsitektur Islam. Perwujudan masjid ini dari zaman ke zaman sebagai sarana keagamaan mengalami perubahan-perubahan, sebagai akibat dari perkembangan itu. Mulai abad kesebelas, gerakan dilanjutkan oleh bangsa Turki yang berbeda dalam pembawaannya dengan bangsa Arab. Kekuasaan dan penaklukan yang bersifatnya duniawi mewarnai pergerakan ini. Akibatnya banyak Negara dengan cepat dapat ditaklukkan. Turki adalah pahlawan bagi penyebaran agama Islam sesudah orang-orang Arab. Sebagai hasil dari gerakan bangsa Turki ini, Arsitektur Islam juga berkembang pesat dikawasan Asia kecil dengan penampilan yang khas. Kebudayaan sasanid ialah kebudayaan Persia lama sebelum Islam masuk yang dibawa oleh orang Turki. Arsitekturnya banyak yang diruntuhkan, tapi masih meniggalkan bekas-bekas yang berupa gambaran telah dikenalnya pemakaian lengkung pada pintu dan gapura serta kubah untuk atapnya.
Perubahan-perubahan tersebut yang terjadi adalah kemajuan, perbaikan mutu dan penyerupaan, dalam segala segi yang mendudukung pergelaran Arsitektur Islam. Demikian pula halnya dengan masjid sebagai unsur pokok dalam arsitektur Islam yang juga mengalami perkembangan tersebut. Hal itu perlu diketahui, terutama atas kehadiran berbagai kelengkapan yang merupakan bagian baru dari arsitektur masjid. Mausoleum ialah makam yang merupakan tugu bangunan kuburan yang ditata dengan baik seperti halnya dengan membuat bangunan . dalam ukurannya yang tertentu bentuknya juga menyerupai istana. Pengaruh kaum Seljuk ini boleh dikatakan menyebar dan menerap di seluruh penjuru muslim ditimur tengah, bahkan sampai juga ke Mesir dan Syiria, padahal pengaruh politik kaum Seljuk kurang diterima. Tetapi pengaruh bidang arsitekturnya dapat diterima. Perpaduan fungsi masjid sebagai tempat beribadah dengan segala kebesaran dan keagungannya di satu fihak, dengan masjid sebagai tempat terbentuknya ilmu agama islam. Terbentukanya masjid madrasah inipun pada saat awalnya tumbuh dari kepentingan yang dirasakan, artinya tidak direncanakan khusus sebagai madrasah. Sebagai contoh bentuk masjid madrasah dari jaman Seljuk ialah masjid Siradz di Isafan yang mulanya merupaka masjid jami.
Bangunan lainnya ialah bangun istana yang menyerupai corak dan gaya seperti arsitektur masjid, ciri khas dari arsitektur Islam. Istana di Bagdad misalnya menunjukkan ciri khas dari arsitektur Seljuk. Yang khas yakni dari pelaksanaa konstruksi lengking iwan dengan penampilan ornament yang megah meriah seperti juga terdapat pada arsitektur masjid. Diantara bangunan-bangunan non-religi ini terdapat pula bangunan-bangunan pertahanan berupa benteng-benteng atau tembok pengaman. Fatimiyyah yang yang menguasai seluruh daerah Afrika utara dan Mesir menampilkan Kairo sebagai kota yang penting artinya. Arsitektur gaya Fatimiyyah ini tampak ada tapak pengaruh dari luar terutama melalui tapak kebudayaan Mesopotamia serta malalui siria. Pengaruh Byzantium tampak membekas pada kedua bangunan masjid ini dengan bentuk minaretnya yang massif, serta penggunaan lengkung sebagai gapura dan pintu gerbang.
Kemudian pada abad ke sebelas muncul dinasti Almorawiyah yang dilanjutkan oleh dinasti Almohad. Kesemuanya tadi adalah yang mengembangkan gaya moor di Spanyol pada saat itu. Hal ini membekas pada masjid, istana, kraton, kesultanan, bangunan kuburan, benteng pertahanan dan juga kuburan-kuburan. Jadi moor asalnya adalah kaum Berber yang biasa juga disebut Habsyi.kemudian pada masa akhir perkembangan pengaruh muslim di Spanyol timbul corak baru yang dinamakan gaya Mudejar. Masa Mudejar yang merupakan sisa-sisa pengaruh Muslim di Spanyol boleh dikatakan tidak lagi menghasilkan untuk kaum Muslimin, bahkan masjid-masjid atau istana yang telah ada pun kemudian diambil alih oleh orang-orang Kristen dan dijadikan gereja.

Sekitar abad kelimabelas di saat arsitektur Islam gaya Osmaniyah telah memperoleh coraknya yang pasti. Tambahan yang khas disaat ini yang tampak pada masjid yang dibangun oleh Sultan Salim adalah ditampilkannya bentuk kubah-kubah kecil sebagai ujung atau penutyp suatu bagian bangunan tambahan dan fungsinya semata-mata hanya dekoratif saja. Sinan seorang arsitektur di Yunani telah sempat menghasilkan karya-karyanya dalam berbagai bentuk bangunan. Di antaranya masjid Sultan Sulaeman di Istambul sebagai hasil penangann aritek sinan ini. Di sisi lain pada arsitektur Islam di india baik bangunan masjid , kuburan, maupun makam dan juga istana semua menampilkan sorak yang sama. Terutama istana yang jelas gayanya tidak ada bedanya dari bangunan masjid. Arsitektur Islam yang terkenal ialah dari dinasti Moghul seperti Sultan Jehan. Monument arsitektur Islam adalah bangunan kuburan untuk para raja. Bangunan kuburan terkenal sampai sekarang adalah Taj-Mahal yang dibangun oleh Syah-Jehan di Agra. 

 

Sabtu, 24 Oktober 2015

ASSALAMUALAIKUM.WR.WB

ALHAMDULILAH SEGALA PUJI BAGI ALLAH SWT YANG TELAH MEMBERIKA KITA KESEHATAN. SHOLAWAT SERTA SALAM SEMOGA TETAP TERCURAHKAN KEPADA NABI MUHAMMAD SAW.

KAMI ANGGOTA ARSI MALANG MEMBUKA BLOG INI SECARA RERMI
MUDAH-MUDAHAN BLOG INI MEMBERIKA INFORMASI YANG BERGUNA BAGI KITA SEMUA, AMIN.

DENGAN MENGUCAPKAN  BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
BLOG INI RESMI DI BUKA

SEKIAN DARI PENGURUS ARSI

WASALAMUALAIKUM.WR.WB